Rabu, 14 April 2010

KTNA Tugumulyo Bahas Persoalan Petani

0 komentar
TUGUMULYO–Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura) melaksanakan pertemuan rutin tiap bulan. Pertemuan dihadiri pengurus dan anggota KTNA ini membahas masalah pertanian.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan Pertanian (KUPTBP), Momo, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Umum (KUPTBBU), Sugito, Kepala KTNA Kabupaten Mura, Gufron, Koordinator KTNA Kecamatan Tugumulyo, Tedi Kosasi, Ketua Laboratorium Pengamat Hama dan Penyakit (LPHP) Ngapio, Selasa (13/4).

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa M Sitiharjo, Suliantoro, kepada wartawan koran ini mengatakan, pertemuan ini dilaksanakan rutin setiap bulan untuk membahas masalah-masalah yang ada dalam pertanian, seperti bibit, penanaman, dan irigasi. Pertemuan ini bergilir dilaksanakan di setiap rumah ketua Gapoktan desa masing-masing.

"Sedangkan masalah pertanian khususnya Desa M Sitiharjo menjadi prioritas bibit tanaman yang banyak mengalami kegagalan. Sedangkan kegagalan ditinjau dari masalah irigasi yang masuk ke sungai dan tidak masuk ke pengairan," kata Suliantoro.

Untuk prioritas didapat petani Desa M Sitiharjo, lanjut dia, jenis prioritas banyuasin. Karena prioritas ini tidak tahan wereng untuk sehektar sawah hanya menghasilkan 60 karung dan sebahu hanya 15 karung. "Prioritas banyuasin kurang cocok untuk pertanian M Sitiharjo karena kurang tahan serangan penyakit,"imbuhnya.
Dalam pertemuan itu pihak Gapoktan Desa Q2 Wonorejo merasa prioritas banyuasin tidak memuaskan para petani, dan minta agar diganti bibit bondoyudo yang tahan terhadap wereng. Apalagi banyak permasalahan yang dialami petani, seperti kenaikan pupuk dan lainnya. Persoalan tersebut dipecahkan saat pertemuan KTNA yang berlangsung kemarin.

Dari persoalan dialami petani kebanyakan masalah hama penyakit dan jenis bibit prioritas banyuasin tidak memuaskan mereka. Menurut KUPT BBU, Sugito, permasalahan tungro sudah ada sejak 1984 pertama kali di Desa K Kalibening dan Desa M Sitiharjo.

"Sekarang pada 2009 dan 2010 cukup rawan tungro di Kabupaten Mura. Seharusnya daerah endemis tungro ditanam prioritas tahan tungro agar tidak bermasalah. Adapun prioritas tahan tungro diantaranya ciherang, ciliwung, kalimas, bandoyudo dan invan 4," paparnya.
Sementara itu, KUP TLPHP, Ngapio mengatakan, sebenarnya tungro dari tahun 1983 pertama muncul di Air Satan disebabkan hama wereng hijau. "Tungro adalah penyakit disebabkan virus dengan gigitan yang dapat menyebar ke padi," paparnya.

Dulu, lanjut dia, para petani tidak mengalami gangguan tungro karena saat persemaian ditutup dengan kelambu agar terbebas dari virus. Ngapio menambahkan, sekarang prioritas pihaknya tinggal memilih saja tahan tungro tapi kurang enak padinya, atau prioritas tidak tahan tungro tapi enak padinya.
"Yang pasti agar prioritas tahan terhadap tungro kita memang harus ekstra dalam perawatan tananam, baik dari pemupukan berimbang dan sebagainya," jelasnya.(14)

0 komentar:

Posting Komentar