Kamis, 03 Desember 2009

Mengubah Wajah Baru KAHMI

0 komentar

LUBUKLINGGAU-Anggota biasa HMI Cabang Lubuklinggau, Fafuzobihi berpendapat Musda bersama KAHMI Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau, pertengahan November lalu mempunyai arti penting dan strategis. Karena organisasi ini dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat.
Menghadapi fenomena tersebut, KAHMI sebagai salah satu elemen modern perlu merenung untuk menjawab tantangan yang terjadi. Menimbang peran baru KAHMI sebagai organisasi perkumpulan yang eksistensinya beringinan dengan organisasi induknya (HMI), tentu harus menyertakan penilaian objektif atas peran dan kiprahnya selama ini.
Dalam perspektif seperti itu, kelahiran KAHMI berurusan secara langsung dengan semangat dan lingkungan yang mengitari kelahiran HMI sebagai organisasi pengkaderan.
“KAHMI bagaimanapun juga mempunyai tanggung jawab sosial yang cukup. Sebab beban sosial sebagai organisasi kader, ia tentu harus bisa mengembangkan pemikiran melahirkan kader yang sungguh-sungguh memihak kepentingan peningkatan kesejahteraan dan kesempatan berusaha bagi seluruh rakyat,” tuturnya.
Peran di atas rasanya tidak sulit dilaksanakan oleh KAHMI, mengingat latar pembentukan watak idealisme para anggotanya sewaktu aktif di HMI dan kematangan dalam praktik di masyarakat termasuk pengelolaan pembangunan.
Dan tak kalah strategisnya, lanjut Fafuzobihi, potensi yang melekat pada KAHMI melalui jaringan secara luas. Dalam jaringan ini, alumni KAHMI bertebaran dengan berbagai posisi lembaga dan infrastruktur politik serta dengan berbagai profesi dan posisi di dunia usaha. “Inilah esensi terpenting organisasi kader yang harus memposisikan dirinya menjadi katalis pembangunan untuk pemberdayaan rakyat di tengah persoalan daerah yang semakin kompleks,” ulasnya.
Ketimpangan generasi, seharusnya tak perlu ada di KAHMI. Sebab interaksi antar generasi alumni HMI menghendaki proses sinergisitas perjuangan, ketimbang sebaliknya. Pemberdayaan generasi muda alumni HMI merupakan proses yang senantiasa melekat di dalam perjalanan KAHMI sendiri. Sudah saatnya mereka tampil sebagai garda terdepan dalam konteks dinamika internal maupun eksternal.
Pertanyaannya, bagaimana keberadaan KAHMI dalam memposisikan dirinya di tengah pusaran persoalan daerah yang semakin complicated? Untuk menjawab pertanyaan ini kata Ahong, perlu ada sikap tegas yang harus ditengahkan, yakni peran kadernya untuk melahirkan perubahan secara institusional.
Diungkapkannya, paling tidak ada dua komitmen yang perlu dipertegas oleh KAHMI untuk menjawab persoalan di atas. Pertama, komitmen keumatan, kebangsaan dan kecendikiawanan. Pada level ini, KAHMI dapat menjadi mediator untuk melakukan rekonsiliasi diantara sesama masyarakat. Inisiatif seperti ini diperlukan agar keberadaan KAHMI tidak mengalami keterasingan dari peran keumatan. Kedua, membangun komitmen politik. (03)

0 komentar:

Posting Komentar