LUBUKLINGGAU-Kompleksnya persoalan yang dihadapi umat di Kota Lubuklinggau akhir-akhir ini, mendapat tanggapan serius dari Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Lubuklinggau.
Ketua Umum MUI Kota Lubuklinggau, H Abdullah Makcik kepada koran ini mengatakan, terkait Lapangan Merdeka dijadikan tempat kegiatan hiburan, MUI mendesak agar pihak terkait tidak memberikan izin semua kegiatan yang bersifat hiburan di sekitar rumah ibadah khususnya di Lapangan Merdeka Lubuklinggau, karena sangat mengganggu kekhusyukan ibadah.
Selanjutnya meminta agar Lapangan Merdeka dengan halaman Masjid Agung As Salam Kota Lubuklinggau disatukan supaya tidak digunakan arena kebut-kebutan oleh pemakai kendaraan bermotor. Dalam upaya melestarikan seni budaya daerah yang mempunyai nilai kearifan lokal, sebaiknya dibangun arena khusus untuk tempat pagelaran seni.
“Kami juga berharap kepada panitia pelaksana hiburan dalam even apapun jenisnya, sebelum mengantongi izin dari pihak berwenang, terlebih dulu harus mendapatkan rekomendasi dari Pengurus MUI Kota Lubuklinggau,” ujar pria kelahiran Desa Remban, Kecamatan Rawas Ulu itu.
Hal lain yang juga menyita perhatian Pengurus MUI adalah masalah berkembangnya aliran sesat. Terkait persoalan ini, Pengurus MUI Kota Lubuklinggau bekerjasama dengan ormas Islam lainnya membantu pemerintah dalam membina akidah umat muslim agar tidak terpengaruh dengan aliran atau paham, dimana aliran atau paham tersebut bertentangan dengan ajaran yang ada dalam Al Quran dan Al Hadist. “Kami mengingatkan suatu hadist Rasulullah, Aku tinggalkan kepada kamu dua hal (pedoman) dan umat manusia tidak akan tersesat dalam kehidupan jika dua hal itu dijadikan pedoman dalam kehidupan, dua pedoman itu adalah Al Quran dan Al Hadist. Dan kami menyarankan dalam kegiatan ibadah pedomani ajaran yang ada didalam Al Quran dan Al Hadist,” imbuhnya.
Menyikapi maraknya tawuran antar pelajar akhir-akhir ini, Abdullah mengatakan, sebagaimana tiori ilmu pendidikan bahwa ada tiga tempat yang merupakan lingkungan pendidikan. Yakni keluarga/masyarakat, sekolah dan pemerintah.
Ketiga lingkungan tersebut, lanjutnya, mempunyai tanggung jawab yang sama dalam menyukseskan program pendidikan dan bila ada permasalahan pendidikan seperti tawuran antar pelajar mari koreksi bersama, dimana komponen pendidikan yang belum optimal. Jadi, jangan selalu melemparkan permasalahan yang timbul hanya kepada pihak sekolah saja.
Khususnya kepada para pendidik dalam melaksanakan tugas, Pengurus MUI mengajak mari terapkan dua konsep manajemen kurikulum. Pertama, Self-Reflection, yaitu kegiatan untuk melaksanakan target kurikulum agar pembelajaran tuntas dan Hidden Curriculum adalah proses penanaman nilai-nilai kepada siswa seperti akhlakul karimah. Dengan demikian akan sejalan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.(03)
Kamis, 10 Desember 2009
DP MUI Linggau Tanggapi Berbagai Persoalan Umat
Edisi
Kamis, Desember 10, 2009
0
komentar
Diposting oleh
linggaupos
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar