Senin, 28 Desember 2009

Sebuah Kritik dan Koreksi Jelang Konfercab V HMI

0 komentar
LUBUKLINGGAU-Konferensi Cabang (Konfercab) V HMI Cabang Lubuklinggau dijadwalkan akan dilaksanakan pertengahan Januari 2010. Setidaknya dalam menghadapi konferensi tersebut ada pertanyaan mendasar yang patut diajukan, diantaranya mampukah HMI melakukan perubahan-perubahan besar di tengah-tengah arus besar (mainstream), dan bagaimana HMI Cabang Lubuklinggau menempatkan posisinya guna menopang peran-peran strategis satu tahun kedepan?
Bagi HMI momentum satu tahunan ini adalah saat paling tepat untuk melakukan evaluasi kritis serta meneropong kebijakan-kebijakan secara cerdas kedepan. Tentu saja, semua ini semata-mata diarahkan untuk mengurai kembali tali-temali problem dan gagasan agar HMI kedepan mampu merumuskan blue print atas perjuangan untuk umat dan bangsa.
Ketua Panitia Pelaksana Konfercab, Agung Arnoma didampingi sekretaris panitia, Fauzobihi (Ahong) mengatakan, secara teoritis perbandingan gerak organisasi dan gerak perubahan yang terjadi diluar organisasi dapat menjadi tolak ukur guna menilai tingkat kesiapan dan kematangan maupun kemapanan suatu organisasi.
Jika ada kesenjangan yang besar antara kedua gerak tersebut, berarti organisasi sebagai kumpulan individu di dalam sistem organisasi masyarakat berada jauh di belakang maka berarti tingkat kemapanan organisasi itu dapat dikatakan sangat lemah.
Organisasi semacam ini menurut teori tersebut lambat laun akan semakin tersingkir dari dinamika perubahan yang besar dan kompleks. Kondisi seperti ini paling maksimal, organisasi itu dapat bertahan di pinggiran (pherifery), dengan eksistensi atau keberadaan serta akses yang lemah terhadap sistemnya.
Dalam situasi dan kondisi yang bagaimanpun, lanjut mereka, suatu organisasi termasuk HMI harus melakukan kritik otokritik (mengkritik diri sendiri). Kritik yang sebenarnya merupakan bagian penting dalam kehidupan organisasi, sehingga menjadikan kualitas kehidupan menjadi lebih baik.
Masyarakat atau organisasi tanpa kritik akan menimbulkan berbagai macam kepincangan, kejanggalan, kebobrokan, kebohongan, ketidakadilan bahkan kesewenang-wenangan. Hal ini disebabkan karena manusia sebagai pengendali suatu komunitas atau organisasi tidak ada yang sempurna dan keliru. Masyarakat atau organisasi akan menjadi lebih baik, manakala dalam masyarakat berkembang budaya kritik yang konstruktif dan dinamis.
Di kalangan HMI budaya kritik otokritik atau evaluasi masih sangat rendah dan kurang proporsional. Walaupun ada kadang-kadang karena berbeda pendapat, penyelesaiannya sering menjurus inkonstitusional bahkan anarkis. Bagi suatu organisasi seperti HMI yang jarang melakukan kritik otokritik dan evaluasi secara periodik dan terus menerus, organisasi itu tidak mengetahui posisinya di tengah realitas kehidupan.
Bahkan dengan sendirinya tidak akan mengetahui secara pasti apakah HMI dalam keadaan solid atau rapuh. Apabila hal ini terjadi, maka HMI akan keliru dalam menentukan kebijakan organisasi dan ini sangat berbahaya. Evaluasi itu harus dilakukan secara terus menerus, sepanjang keberadaan organisasi itu. Evaluasi adalah suatu metode untuk melihat dan mengetahui secara nyata akan kelemahan, kekurangan organisasi, maupun potensi. Kekurangan dan kekuatan yang dimiliki seterusnya akan dipergunakan menetapkan arah perjuangan kedepan.(03)

0 komentar:

Posting Komentar